26 Januari 2012

Analisis Jurnal

Diposting oleh Widya_Mauretya di 05.00 0 komentar

KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN ANALISIS SENSITIVITAS

USAHA TERNAK SAPI PERAH MENURUT POLA PENGUSAHAAN

DI JAWA BARAT

Benny Rachman

Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian

Jalan A.Yani 70, P.O Box 200 , Bogor 16111 , Indonesia

1997

TEMA / TOPIK PENELITIAN

Pengaruh efesiensi pemanfaatan sumber daya usaha ternak sapi terhadap keunggulan komparatif

JUDUL PENELITIAN

Keunggulan komparatif dan analisis sensitivitas usaha ternak sapi perah menurut pola pengusaha di Jawa Barat

LATAR BELAKANG PENELITIAN

I.Fenomena

Sebagai salah satu program sektoral , usaha ternak sapi perah dipandnang kondusif bila dikaitkan dengan kendala sumber daya dan alokasi dana yang terbatas . Dengan terciptanya iklim usaha yang kondusif tentunyadapat memberi peluang adanya peningkatan pendapatan , khususnya peternak , serta peluamg investasi dan perluasan usaha . Oleh karena peluang usaha yang prospektif maka perlu dilakukan efisiensi agar dapat menelaah kelayakan usaha sapi perah dari berbagai pola rekomendasi pengembangan , ditinjau dari segi efesiensi pemanfaatan sumberdaya domestic melalui alat analisis BSD (biaya sumber – daya domestik) .

II . Motivasi penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk menelaah kelayakan usaha sapi perah dari berbagai pola rekomendasi pengembangan , ditinjau dari segi efesiensi pemanfaatan sumber daya domestic melalui alat analisis BSD (biaya sumber – daya domestik

HIPOTESIS PENELITIAN

1 . Apakah pola yang diajukan cenderung menguntungkan untuk peternakan sapi perah ?

2 . Apakah efisiensi terhadap sumber daya mempengaruhi keunggulan komparatif ?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efisiensi sumber daya domestik dalam menelaah kelayakan usaha sapi perah dari berbagai pola rekomendasi pengembangan melalui analisis BSD (biaya sumber –daya domestik) .

METODOLOGI PENELITIAN

1 . Data

Dalam penelitian ini dipergunakan tiga gugus data yaitu 1. Data input – output usaha ni susu sapi perah , 2 . data input yang dapat diuraikan ke dalam komponen domestik dan asing dari input usaha tani , dan 3 . data ekonomik untuk perkiraan harga bayangan input dan output usaha tani susu sapi perah yang dianalisis

2 . Variabel

Dalam penelitian kali ini dibutukan alat analisis yang berupa BSD ( biaya sumber domestik ) . BSD sendiri dapat didefinisikan sebagai ukuran biaya peluang social ( social opportunity cost ) dari penerimaan suatu unit marginal bersih devisa diukur dalam bentuk faktor – faktor produksi domestik yang digunakan , baik langsung maupun tidak langsung dalam suatu aktivitas ekonomi . Penentuan BSD dapat diawali dari konsep NSP ( net social profitability ) , yang dirumuskan oleh PEARSON , 1976 sebagai berikut :




Dari persamaan 3 , terlihat harga bayangan nilai tukar uang sama dengan biaya sosial input domestik ditambah eksternalitas dibagi dengan total penerimaan sosial dikurangi dengan biaya sosial komponen inpu asing . Dengan demikian bentuk BSD menjadi :

Dari persamaan 4 terlihat bahwa BSD merupakan besarnya biaya sumber daya domestik yang dikeluarkan untuk memperoleh atau menghematnilai tambah satu satuan devisa . Satuan dari BSD adalah Rp/US $ . Keunggulan komparatif suatu komoditas untuk diekspor diukur melalui rasio biaya sumberdaya domestik (RBSD ),yaitu rasio antara BSD dan harga bayangan nilai berukar (V) sebagai berikut :

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Penerapan analisis ini diarahkan untuk menelaah efisiensi ekonomi usaha sapi perah ditinjau dariefisiensi pemanfaatan sumberdaya domestik dalam Upaya menghemat satu-satuan devisa. Kajian ini dilengkapi pula dengan analisis sensitivitas pada tingkat harga dan produksi yang berlainan.


Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tingkat produksi yang dicapai saat ini oleh PK (3.800 Itr/ut/tahun), PRK (4.422 ltr/ut/tahun) dan PP (4.270 ltr/ut/tahun), dan tingkat harga di pasar internasional sebesar Rp 375 per liter cukup menjamin adanya efisiensi pemanfaatan sumberdaya domestik dalam usaha sapi perah. Berbeda halnya untuk tingkat harga di bawah Rp375 per liter, pada semua pola belum memberikan kelayakan ekonomis. Kenyataan ini diindikasikan oleh nilai koefisien BSD yang lebih besar dari satu (> 1,0), atau dengan pengertian lain pemanfaatan sumberdaya domestik dalam usaha sapi perah tidak menguntungkan, dan sebaliknya lebih menguntungkan apabila melakukan impor susu dari luar negeri Dari studi yang dilakukan KASRYNO, (1990) dengan membedakan tiga regim perdagangan, yaitu perdagangan antar wilayah (IR), substitusi impor (IS) dan promosi ekspor (EP) diperoleh informasi bahwa secara umum kondisi persusuan di Indonesia tidak efisien. Hal ini didasarkan atas perhitungannya terhadap nilai rasio biaya sumberdaya domestik (RBSD) dari ketiga regim (pola perusahaan kelompok) masing- masing sebesar 2,20 ; 2,88 clan 2,85, sedangkan untuk pola petemakan rakyat memperlihatkan kinerja yang hampir sama, yaitu 2,90 (IR), 2,40 (IS) dan 2,36 (EP). Hal lain yang menarik dari temuan ini adalah pemanfaatan bibit sapi silang relatif lebih efisien dibandingkan dengan bibit sapi impor, seperti diindikasikan oleh rataan nilai RBSD yang lebih rendah (1,52 vs 2,9). Dasar pertimbangan dari penelitian diatas, agaknya masih terlalu lemah untuk digeneralisasikan secara nasional, mengingat usaha pengembangan sapi perah menuntut kesesuaian lokasi yang spesifik,sehingga seyogianya dalam menelaah tingkat efisiensi . pemanfaatan sumberdaya domestik dari usaha susu sapi perah perlu mengacu pada pengklasifikasian wilayah yang dipandang memiliki kesesuaian agro-khmat dalam pengembangannya. Dalam konteks mikro pengembangan ternak sapi perah yang diarahkan untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya alam, produksi, dan perbaikan tingkat kesejahteraan dipandang strategis bila dikaitkan dengan kendala sumberdaya dan alokasi dana yang terbatas. Program ini relatif tidak bensandar pada basis penggunaan lahan yang luas, serta cukup dapat mendukung upaya pendistribusian pendapatan, khususnya bagi masyarakat petani kecil. Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa kebijaksanaan secara makro tentunya tidak dapat sepenuhnya relevan diterapkan dalam konteks mikro. Hal ini tercermin pula dari kinerja makro usaha persusuan yang secara ekonomi kurang efisien dikembangkan, namun berbeda halnya apabila pengembangannya ditelaah dalam konteks mikro yang memperlihatkan kinerja yang bervariasi. Dari tinjauan penelitian yang dilakukan IRAWAN dan RuSASTRA, (1990) di wilayah Jawa Tengah terhadap petemak perusahaan dan peternak rakyat tersimpul bahwa kedua pola tersebut tidak efisien dalam alokasi sumberdaya. Hal ini dicirikan dari angka RBSD yang tergolong tinggi, yaitu 2,8 dan 2,4 . Hasil analisis dari penelitian ini tidak terlepas dari teknik peng-ambilan contoh yang cenderung kurang mempertimbangkan skala pemilikannya, serta jumlah sampel peternak yang relatif kecil, yakni 21 peternak. Kondisi ini sudah barang tentu belum mencerminkan karakteristik yang sebenarnya dari profil petemak sapi perah di Jawa Tengah.

KESIMPULAN

Pada tingkat produksi yang dicapai saat ini , ketiga pola tersebut cukup memberikan jaminan keunggulan komparatif . Hal ini didasarkan karena nilai koefisien BSD yang lebih kecil dari 1 . Atau dengan pengertian lain , dengan jumlah produksi yang dicapai saat ini , serta tingkat harga pasar dunia sebesar Rp 375 / liter cukup menjamin efisiensi pemanfaatan sumber daya domestik . Jadi penilaian efisiensi susu sapi perah akan bertolak terhadap harga susu sapi perah pada tingkat dunia. Usaha susu sapi perah domestik , khususnya pola perusahaan kelompok (PPK) diperkirakan akan semakin efisien dan layak secara ekonomi apabila harga susu internasional meningkat . Hal ini cukup mempunyai alasan sebab jika dibandingkan dengan PRK dan PK . Sehingga memungkinkan bahwa pemenuhan kebutuhan susu dalam negeri melalui pengembangan pola perusahaan kelompok relative akan menguntungkan .

SARAN

Berdasarkan analisis dan data – data diatas maka seharusnya para usaha susu sapi ternak lebih dapat mengefisiensikan sumber daya . Hal ini dapat dilakukan dengan dengan menggunakan pola perusahaan kelompok , karena pola perusahaan kelompok lebih menjamin efisien dibanding dengan PRK dan PK . Dan seharusnya susu sapi perah di Indonesia harus lebih bisa memiliki keuntungan komparatif dibanding produksi susu sapi perah di Negara lain .


Relasi antara Biaya (cost) terhadap Produksi dan Konsumsi

Diposting oleh Widya_Mauretya di 04.53 1 komentar

Dalam kegiatan perekonomian mikro kegiatan produksi dan konsumsi merupakan salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan . Sebab , produksi dan konsumsi merupakan inti dari sebuah kegiatan perekonomian . Kegiatan perekonomian akan terhenti jika kegiatan produksi dan konsumsi tidak berjalan dengan baik . Dalam kaitannya dengan produksi dan konsumsi , konsumen dan produsen merupakan tokoh penting dalam kegiatan ini . Proses interaksi yang terjadi di pasar mengakibatkan perputaran uang antar konsumen dan produsen berjalan dengan lancer . Rumah tangga konsumen memperoleh uang melalui penjualan barang dan jasa . Kondisi ini disebut sebagai simbiosis mutualisme antara sector rumah tangga perusahaan dan rumah tangga konsumen . Alfred Marshal menyebut bahwa permintaan akan faktor produksi merupakan turunan (derived demand) dari permintaan akan barang dan jasa yang timbukl karena kebutuhan manusia . Besarnya pendapatan baik produsen maupun konsumen tergantung pada :

1 . Kuantitas faktor produksi yang digunakan oleh perusahaan

2 . Jumlah barang dan jasa yang berhasil diciptakan dengan adanya produksi

3 . Tingkat harga penggunaan yang berlaku , karena faktor produksi juga mempunyai harga yang akan menjadi biaya produksi bagi perusahaan .

Permintaan akan barang timbul karena individu pada sektor rumah tangga :

1 . Memerlukan barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

2 . Memiliki daya beli ( pendapatan ) yang diperoleh dari penjualan atas faktor – faktor produksi yang dimilikinya ke sektor rumah tangga perusahaan .

Dalam kaitannya dengan hal diatas , untuk memproduksi suatu barang dan jasa , perusahaan memerlukan sumber atau faktor pruduksi . Yaitu input – input yang dibutuhkan untuk mencipatakan output produk . Hubungan antara input dan output digambarkan sebagai berikut :

Q = f ( K , L ,T , N )

Dimana Q = Output atau produk

K = Kapital / modal

L = Labour / tenaga kerja

T = Tekhnologi

N = Nature / Tanah / Sumber daya alam

S = Skill / Entepreneur

Dari fungsi hubungan antara input dengan output diperoleh biaya produksi untuk masing masing tingkat out put

Salah satu cakupan teori dalam ekonomi mikro adalah cost atau biaya. Biaya ini memiliki berbagai macambentuk dan relasi dengan dua kegiatan terpenting dalam perekonomian yaitu, produksi dan konsumsi.

Definisi dari biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi; 1993).

Biaya ini memiliki empat unsur pokok dalam definisinya, yaitu :

1.Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

2.Diukur dalam satuan uang

3.Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi

4.Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Biaya juga dikelompokkan menjadi beberapa bagian :

· Dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Biaya produksi

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut obyek pengeluarannya biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsungdan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenagakerja langsung disebut juga biaya utama (primer cost). Sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overheadpabrik disebut pula biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi.

b. Biaya pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produksi.

c. Biaya administrasi dan umum

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produksi.

· Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua:

a. Biaya langsung (direct cost )

Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena sesuatu yang dibiayai. Biayaproduksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya tidak langsung (indirect cost )

Biaya tidak langsung merupakan biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik

Dari pengelompokkan ini juga dapat terlihat bahwa pada biaya, kegiatan konsumsi dan produksi sangat berkaitan erat. Karena untuk melakukan sebuah kegiatan produksi diperlukan berbagai macam biaya tentunya. Dan untuk melakukan sebuah kegiatan konsumsi harus ada pengorbanan yang dilakukan oleh seorang knsumen untuk memenuhi kebutuhannya, nah pengorbanan tersebut adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang konsumen.

Seperti pada perilaku konsumen , Dalam berperilaku seorang produsen juga dibatasi dengan besar biaya yang harus dikeluarkan dan juga besarnya produk yang bisa dibuat . Hal ini disebut dengan isocost dan isoproduct . Isoproduct adalah kurva yang menghubungkan kombinasi antara faktor produksi yang mampu memproduksi sejumlah barang tertentu . Sifat Isoproduct sama dengan kurva indifferent . Isocost adalah garis yang menghubungkan kombinasi faktor – faktor produksi pada tingkat pengeluaran biuaya tertentu .

Sumber :

id.wikipedia.org/wiki/biaya

id.shvoong.com/business-management/accounting/2138610-macam-macam biaya/#ixzzlkWzLX4EC

saintaths.blogspot.com/2011/05/teori-ekonomi-mikro-biaya-produksi.html

elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peranggaran/bagian3-analisispendukung-bab10-budget biaya fleksibel.pdf

google.com

26 Januari 2012

Analisis Jurnal

0 komentar

KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN ANALISIS SENSITIVITAS

USAHA TERNAK SAPI PERAH MENURUT POLA PENGUSAHAAN

DI JAWA BARAT

Benny Rachman

Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian

Jalan A.Yani 70, P.O Box 200 , Bogor 16111 , Indonesia

1997

TEMA / TOPIK PENELITIAN

Pengaruh efesiensi pemanfaatan sumber daya usaha ternak sapi terhadap keunggulan komparatif

JUDUL PENELITIAN

Keunggulan komparatif dan analisis sensitivitas usaha ternak sapi perah menurut pola pengusaha di Jawa Barat

LATAR BELAKANG PENELITIAN

I.Fenomena

Sebagai salah satu program sektoral , usaha ternak sapi perah dipandnang kondusif bila dikaitkan dengan kendala sumber daya dan alokasi dana yang terbatas . Dengan terciptanya iklim usaha yang kondusif tentunyadapat memberi peluang adanya peningkatan pendapatan , khususnya peternak , serta peluamg investasi dan perluasan usaha . Oleh karena peluang usaha yang prospektif maka perlu dilakukan efisiensi agar dapat menelaah kelayakan usaha sapi perah dari berbagai pola rekomendasi pengembangan , ditinjau dari segi efesiensi pemanfaatan sumberdaya domestic melalui alat analisis BSD (biaya sumber – daya domestik) .

II . Motivasi penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk menelaah kelayakan usaha sapi perah dari berbagai pola rekomendasi pengembangan , ditinjau dari segi efesiensi pemanfaatan sumber daya domestic melalui alat analisis BSD (biaya sumber – daya domestik

HIPOTESIS PENELITIAN

1 . Apakah pola yang diajukan cenderung menguntungkan untuk peternakan sapi perah ?

2 . Apakah efisiensi terhadap sumber daya mempengaruhi keunggulan komparatif ?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efisiensi sumber daya domestik dalam menelaah kelayakan usaha sapi perah dari berbagai pola rekomendasi pengembangan melalui analisis BSD (biaya sumber –daya domestik) .

METODOLOGI PENELITIAN

1 . Data

Dalam penelitian ini dipergunakan tiga gugus data yaitu 1. Data input – output usaha ni susu sapi perah , 2 . data input yang dapat diuraikan ke dalam komponen domestik dan asing dari input usaha tani , dan 3 . data ekonomik untuk perkiraan harga bayangan input dan output usaha tani susu sapi perah yang dianalisis

2 . Variabel

Dalam penelitian kali ini dibutukan alat analisis yang berupa BSD ( biaya sumber domestik ) . BSD sendiri dapat didefinisikan sebagai ukuran biaya peluang social ( social opportunity cost ) dari penerimaan suatu unit marginal bersih devisa diukur dalam bentuk faktor – faktor produksi domestik yang digunakan , baik langsung maupun tidak langsung dalam suatu aktivitas ekonomi . Penentuan BSD dapat diawali dari konsep NSP ( net social profitability ) , yang dirumuskan oleh PEARSON , 1976 sebagai berikut :




Dari persamaan 3 , terlihat harga bayangan nilai tukar uang sama dengan biaya sosial input domestik ditambah eksternalitas dibagi dengan total penerimaan sosial dikurangi dengan biaya sosial komponen inpu asing . Dengan demikian bentuk BSD menjadi :

Dari persamaan 4 terlihat bahwa BSD merupakan besarnya biaya sumber daya domestik yang dikeluarkan untuk memperoleh atau menghematnilai tambah satu satuan devisa . Satuan dari BSD adalah Rp/US $ . Keunggulan komparatif suatu komoditas untuk diekspor diukur melalui rasio biaya sumberdaya domestik (RBSD ),yaitu rasio antara BSD dan harga bayangan nilai berukar (V) sebagai berikut :

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Penerapan analisis ini diarahkan untuk menelaah efisiensi ekonomi usaha sapi perah ditinjau dariefisiensi pemanfaatan sumberdaya domestik dalam Upaya menghemat satu-satuan devisa. Kajian ini dilengkapi pula dengan analisis sensitivitas pada tingkat harga dan produksi yang berlainan.


Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tingkat produksi yang dicapai saat ini oleh PK (3.800 Itr/ut/tahun), PRK (4.422 ltr/ut/tahun) dan PP (4.270 ltr/ut/tahun), dan tingkat harga di pasar internasional sebesar Rp 375 per liter cukup menjamin adanya efisiensi pemanfaatan sumberdaya domestik dalam usaha sapi perah. Berbeda halnya untuk tingkat harga di bawah Rp375 per liter, pada semua pola belum memberikan kelayakan ekonomis. Kenyataan ini diindikasikan oleh nilai koefisien BSD yang lebih besar dari satu (> 1,0), atau dengan pengertian lain pemanfaatan sumberdaya domestik dalam usaha sapi perah tidak menguntungkan, dan sebaliknya lebih menguntungkan apabila melakukan impor susu dari luar negeri Dari studi yang dilakukan KASRYNO, (1990) dengan membedakan tiga regim perdagangan, yaitu perdagangan antar wilayah (IR), substitusi impor (IS) dan promosi ekspor (EP) diperoleh informasi bahwa secara umum kondisi persusuan di Indonesia tidak efisien. Hal ini didasarkan atas perhitungannya terhadap nilai rasio biaya sumberdaya domestik (RBSD) dari ketiga regim (pola perusahaan kelompok) masing- masing sebesar 2,20 ; 2,88 clan 2,85, sedangkan untuk pola petemakan rakyat memperlihatkan kinerja yang hampir sama, yaitu 2,90 (IR), 2,40 (IS) dan 2,36 (EP). Hal lain yang menarik dari temuan ini adalah pemanfaatan bibit sapi silang relatif lebih efisien dibandingkan dengan bibit sapi impor, seperti diindikasikan oleh rataan nilai RBSD yang lebih rendah (1,52 vs 2,9). Dasar pertimbangan dari penelitian diatas, agaknya masih terlalu lemah untuk digeneralisasikan secara nasional, mengingat usaha pengembangan sapi perah menuntut kesesuaian lokasi yang spesifik,sehingga seyogianya dalam menelaah tingkat efisiensi . pemanfaatan sumberdaya domestik dari usaha susu sapi perah perlu mengacu pada pengklasifikasian wilayah yang dipandang memiliki kesesuaian agro-khmat dalam pengembangannya. Dalam konteks mikro pengembangan ternak sapi perah yang diarahkan untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya alam, produksi, dan perbaikan tingkat kesejahteraan dipandang strategis bila dikaitkan dengan kendala sumberdaya dan alokasi dana yang terbatas. Program ini relatif tidak bensandar pada basis penggunaan lahan yang luas, serta cukup dapat mendukung upaya pendistribusian pendapatan, khususnya bagi masyarakat petani kecil. Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa kebijaksanaan secara makro tentunya tidak dapat sepenuhnya relevan diterapkan dalam konteks mikro. Hal ini tercermin pula dari kinerja makro usaha persusuan yang secara ekonomi kurang efisien dikembangkan, namun berbeda halnya apabila pengembangannya ditelaah dalam konteks mikro yang memperlihatkan kinerja yang bervariasi. Dari tinjauan penelitian yang dilakukan IRAWAN dan RuSASTRA, (1990) di wilayah Jawa Tengah terhadap petemak perusahaan dan peternak rakyat tersimpul bahwa kedua pola tersebut tidak efisien dalam alokasi sumberdaya. Hal ini dicirikan dari angka RBSD yang tergolong tinggi, yaitu 2,8 dan 2,4 . Hasil analisis dari penelitian ini tidak terlepas dari teknik peng-ambilan contoh yang cenderung kurang mempertimbangkan skala pemilikannya, serta jumlah sampel peternak yang relatif kecil, yakni 21 peternak. Kondisi ini sudah barang tentu belum mencerminkan karakteristik yang sebenarnya dari profil petemak sapi perah di Jawa Tengah.

KESIMPULAN

Pada tingkat produksi yang dicapai saat ini , ketiga pola tersebut cukup memberikan jaminan keunggulan komparatif . Hal ini didasarkan karena nilai koefisien BSD yang lebih kecil dari 1 . Atau dengan pengertian lain , dengan jumlah produksi yang dicapai saat ini , serta tingkat harga pasar dunia sebesar Rp 375 / liter cukup menjamin efisiensi pemanfaatan sumber daya domestik . Jadi penilaian efisiensi susu sapi perah akan bertolak terhadap harga susu sapi perah pada tingkat dunia. Usaha susu sapi perah domestik , khususnya pola perusahaan kelompok (PPK) diperkirakan akan semakin efisien dan layak secara ekonomi apabila harga susu internasional meningkat . Hal ini cukup mempunyai alasan sebab jika dibandingkan dengan PRK dan PK . Sehingga memungkinkan bahwa pemenuhan kebutuhan susu dalam negeri melalui pengembangan pola perusahaan kelompok relative akan menguntungkan .

SARAN

Berdasarkan analisis dan data – data diatas maka seharusnya para usaha susu sapi ternak lebih dapat mengefisiensikan sumber daya . Hal ini dapat dilakukan dengan dengan menggunakan pola perusahaan kelompok , karena pola perusahaan kelompok lebih menjamin efisien dibanding dengan PRK dan PK . Dan seharusnya susu sapi perah di Indonesia harus lebih bisa memiliki keuntungan komparatif dibanding produksi susu sapi perah di Negara lain .


Relasi antara Biaya (cost) terhadap Produksi dan Konsumsi

1 komentar

Dalam kegiatan perekonomian mikro kegiatan produksi dan konsumsi merupakan salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan . Sebab , produksi dan konsumsi merupakan inti dari sebuah kegiatan perekonomian . Kegiatan perekonomian akan terhenti jika kegiatan produksi dan konsumsi tidak berjalan dengan baik . Dalam kaitannya dengan produksi dan konsumsi , konsumen dan produsen merupakan tokoh penting dalam kegiatan ini . Proses interaksi yang terjadi di pasar mengakibatkan perputaran uang antar konsumen dan produsen berjalan dengan lancer . Rumah tangga konsumen memperoleh uang melalui penjualan barang dan jasa . Kondisi ini disebut sebagai simbiosis mutualisme antara sector rumah tangga perusahaan dan rumah tangga konsumen . Alfred Marshal menyebut bahwa permintaan akan faktor produksi merupakan turunan (derived demand) dari permintaan akan barang dan jasa yang timbukl karena kebutuhan manusia . Besarnya pendapatan baik produsen maupun konsumen tergantung pada :

1 . Kuantitas faktor produksi yang digunakan oleh perusahaan

2 . Jumlah barang dan jasa yang berhasil diciptakan dengan adanya produksi

3 . Tingkat harga penggunaan yang berlaku , karena faktor produksi juga mempunyai harga yang akan menjadi biaya produksi bagi perusahaan .

Permintaan akan barang timbul karena individu pada sektor rumah tangga :

1 . Memerlukan barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

2 . Memiliki daya beli ( pendapatan ) yang diperoleh dari penjualan atas faktor – faktor produksi yang dimilikinya ke sektor rumah tangga perusahaan .

Dalam kaitannya dengan hal diatas , untuk memproduksi suatu barang dan jasa , perusahaan memerlukan sumber atau faktor pruduksi . Yaitu input – input yang dibutuhkan untuk mencipatakan output produk . Hubungan antara input dan output digambarkan sebagai berikut :

Q = f ( K , L ,T , N )

Dimana Q = Output atau produk

K = Kapital / modal

L = Labour / tenaga kerja

T = Tekhnologi

N = Nature / Tanah / Sumber daya alam

S = Skill / Entepreneur

Dari fungsi hubungan antara input dengan output diperoleh biaya produksi untuk masing masing tingkat out put

Salah satu cakupan teori dalam ekonomi mikro adalah cost atau biaya. Biaya ini memiliki berbagai macambentuk dan relasi dengan dua kegiatan terpenting dalam perekonomian yaitu, produksi dan konsumsi.

Definisi dari biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi; 1993).

Biaya ini memiliki empat unsur pokok dalam definisinya, yaitu :

1.Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

2.Diukur dalam satuan uang

3.Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi

4.Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Biaya juga dikelompokkan menjadi beberapa bagian :

· Dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Biaya produksi

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut obyek pengeluarannya biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsungdan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenagakerja langsung disebut juga biaya utama (primer cost). Sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overheadpabrik disebut pula biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi.

b. Biaya pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produksi.

c. Biaya administrasi dan umum

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produksi.

· Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua:

a. Biaya langsung (direct cost )

Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena sesuatu yang dibiayai. Biayaproduksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya tidak langsung (indirect cost )

Biaya tidak langsung merupakan biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik

Dari pengelompokkan ini juga dapat terlihat bahwa pada biaya, kegiatan konsumsi dan produksi sangat berkaitan erat. Karena untuk melakukan sebuah kegiatan produksi diperlukan berbagai macam biaya tentunya. Dan untuk melakukan sebuah kegiatan konsumsi harus ada pengorbanan yang dilakukan oleh seorang knsumen untuk memenuhi kebutuhannya, nah pengorbanan tersebut adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang konsumen.

Seperti pada perilaku konsumen , Dalam berperilaku seorang produsen juga dibatasi dengan besar biaya yang harus dikeluarkan dan juga besarnya produk yang bisa dibuat . Hal ini disebut dengan isocost dan isoproduct . Isoproduct adalah kurva yang menghubungkan kombinasi antara faktor produksi yang mampu memproduksi sejumlah barang tertentu . Sifat Isoproduct sama dengan kurva indifferent . Isocost adalah garis yang menghubungkan kombinasi faktor – faktor produksi pada tingkat pengeluaran biuaya tertentu .

Sumber :

id.wikipedia.org/wiki/biaya

id.shvoong.com/business-management/accounting/2138610-macam-macam biaya/#ixzzlkWzLX4EC

saintaths.blogspot.com/2011/05/teori-ekonomi-mikro-biaya-produksi.html

elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peranggaran/bagian3-analisispendukung-bab10-budget biaya fleksibel.pdf

google.com

 

dyaluppha , , Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea


Smashed Pink Can