10 Desember 2011

Pengaruh Pendapatan Ruas Jalan Tol Lingkar Jawa

Diposting oleh Widya_Mauretya di 02.39 0 komentar

Jalan tol Lintas Jawa atau yang lebih dikenal dengan Jalan Tol Trans Jawa adalah jaringan jalan tol yang menghubungkan kota – kota di pulau jawa . Jalan Tol ini menghubungkan dua kota besar di Indonesia , Jakarta dan Surabaya melalui jalan tol . Pemerintah merencankan pembangunan jalan tol Trans Jawa sekitar 1000 km yang menghubungkan Jakarta hingga Surabaya . Diantaranya ruas jalan tol tersebut adalah :

1. Jalan Tol Jakarta-Cikampek 72 Km (beroperasi sejak 1988)

2. Jalan Tol Cikampek-Palimanan 116 Km (direncanakan selesai september 2014)

3. Jalan Tol Palimanan-Kanci 26,3 Km (beroperasi sejak 1998)

4. Jalan Tol Kanci-Pejagan 35 Km (beroperasi sejak 26 Januari 2010)

5. Jalan Tol Pejagan-Pemalang 57,50 Km (direncanakan operasi 2011)

6. Jalan Tol Pemalang-Batang 39 Km (direncanakan operasi 2011)

7. Jalan Tol Batang-Semarang 75 Km (direncanakan operasi 2011)

8. Jalan Tol Semarang-Solo 75,7 Km (seksi I Semarang-Ungaran diresmikan November 2011, seksi II, III, IV direncanakan 2012)

9. Jalan Tol Solo-Ngawi 20,9 Km

10. Jalan Tol Ngawi-Kertosono 49,51 Km

11. Jalan Tol Kertosono-Mojokerto 41,65 Km (rencana operasi 2012)

12. Jalan Tol Mojokerto-Surabaya 34 Km (Seksi 1A beroperasi sejak 27 Agustus 2011, seksi berikutnya rencanan operasi 2013)

Ruas jalan tol tersebut merupakan proyek yang belum terselesaikan sepenuhnya , karena hanya sebagian yang baru terselesaikan . Tapi diperkirakan proyek ini akan selesai pada tahun 2014 . Pembangunan yang akan menghabiskan biaya ratusan milyar ini diharapkan akan menghasilkan efisisensi. Efisisensi yag dimaksud disini adalah dengan dibangunya ruas Tol Lingkar Jawa diharapkan dapat memberikan kemudahan untuk masyarakat yang akan berpergian menuju Jakarta – Surabaya maupun sebaliknya . Sementara itu , efisiensi yang dilakukan tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah Pendapatan Negara (Income) , yang selanjutnya akan meningkatkan tingkat konsumsi dan tingkat Investasi negara . Untuk lebih memahami mengenai pengaruh antara perubahan pendapatan dengan tingkat konsumsi dan tingkat investasi yang dilakukan berikut kurva yang menggambarkan hubungan tersebut .



Dari kurva tersebut dapat digambarkan bahwa pada saat tingkat pendapatan berada di Ya yang berarti tingkat konsumsi tetap . Sehingga jumlah pendapatan hanya bisa dilakukan untuk konsumsi . Kemudian tingkat pendapatan bertambah menjadi Ye, peningkatan ini menyebabkan jumlah konsumsi dapat terpenuhi dan dapat melakukan Investasi , keadaan inilah yang dinamakan Equilibrium dimana Y = C + I . Kemudian dengan bertambahnya pembangunan tol , diharapkan akan meningkatkan jumlah pendapatan seperti kurva Yp yang membuat jumlah konsumsi dan investasi juga akan meningkat . Karena jumlah konsumsi maupun investasi meningkat diharapkan stabilisasi nasional dapat terjadi . Oleh karena itu , agar semua dapat tercapai diharapkan proyek Jalan Tol Lingkar Jawa ini dapat cepat terselesaikan sehingga tidak hanya dapat membantu masyarakat pengguna Jalan Tol , tetapi juga dapat membantu semua masyarakat . Karena meningkatnya Pendapatan yang berasal dari jalan tol tersebut merupakan salah satu kontribusi untuk membangun perekonomian Indonesia

8 Desember 2011

Pertamax naik , pendapatan Pertamina pun turun drastis

Diposting oleh Widya_Mauretya di 06.56 0 komentar
Permasalahan :
Mengapa kenaikan pertamax berdampak dengan menurunnya jumlah pendapatan PT.Pertamina ?

Analisis:
Kenaikan BBM khususnya untuk jenis pertamax telah menjadi buah bibir untuk sebagian kalangan masyarakat . Bukan hanya dampak negatif yang berpengaruh unuk masyarakat , tapi untuk PT.Pertamina sendiri hal ini mengakibatkan dampak negatif . Kenaikan pertamax yang seharusnya dapat berdampak positif untuk PT.Pertamina , berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada . Pendapatan yang diperkirakan akan meningkat oleh PT.Pertamina dengan adanya kenaikan harga pertamax justru membuat pendapatan PT.Pertamina menjadi menurun drastis . Hal ini disebabkan karena jumlah konsumen Pertamax sebagian besar beralih ke Premium yang merupakan BBM bersubsidi . BBM bersubsidi yang notabene dikhususkan untuk kalangan menengah kebawah justru juga dinikmati oleh kalangan menengah ke atas yang semula merupakan pengguna pertamax . Kenaikan pertamax yang sangat tinggi di kondisi perekonomian saat ini , membuat banyak masyarakat bahkan yang bisa dikategorikan kalangan menengah ke atas berpikir 2 kali untuk membeli pertamax . Oleh karena itu banyak yang beralih ke premium . Hal ini secara langsung berdampak dengan menurunnya jumlah pendapatan PT.Pertamina . Untuk bisa lebih memahami mengenai penurunan tersebut saya akan memberikan contoh sebagai bahan ilustrasi .
Pada awalnya harga pertamax sebesar Rp 6.000,- per liter dan harga premium sebesar Rp 4500,- per liter , jika jumlah konsumen sebanyak 1000 orang maka perhitungan pendapatan kotor seperti berikut :
Pertamax = 1000 * 6000 = 6.000.000
Premium = 1000 * 4500 = 4.500.000 +
10.500.000
Jadi jumlah pendapatan PT.Pertamina dimisalkan sebesar Rp 10.500.000 sebelum adanya kenaikan harga pertamax .

Tapi dengan adanya kenaikan harga pertamax yang menjadi Rp 8.000,- per liter maka jumlah konsumen yang semula berjumlah 1000 orang , menjadi 400 orang dan 600 orang beralih ke premium sehingga jumlah konsumen premium menjadi bertambah sebanyak 1600 maka perhitungan pendapatan kotornya menjadi seperti berikut :
Pertamax = 200 * 8000 = 1.600 .000
Premium = 1800*4500 = 8.100 .000+
9.700.0000
Jadi ada penurunan sebesar 800.000 , hal ini akan cukup signifikan jika jumlah konsumen nyata akan melebihi jumlah contoh diatas .

Solusi :
Pemerintah seharusnya dapat lebih mempertimbangkan tentang permasalahan kenaikan pertamax agar para konsumen pertamax tidak lagi menggunakan BBM bersubsidi . Selain itu , indikator pemakai yang berhak untuk BBM bersubsidi agar lebih diperjelas bagaiaman org yang berhak untuk BBM bersubsidi tersebut . Karena bukan berarti pemakai kendaraan roda 2 adalah orang kalangan menengah ke bawah , tetapi banyak juga yang merupakan dari kalangan menengah ke atas , dan tidak selamanya pengguna kendaraan roda 4 adalah orang dari kalangan atas , tapi bisa juga merupakan konsumen dari golongan menengah seperti supir angkot yang berhak untuk mendapatkan BBM bersubsidi tersebut . Dengan banyaknya pengguna BBM bersubsidi yang sebagian merupakan konsumen dari golongan menengah ke atas , akan memurunkan jumlah pendapatan nasional karena banyak jumlah yang harus disubsidi oleh pemerintah . Oleh karena itu seharusnya kenaikan Pertamax atau BBM lainnya kecuali premium harus di setarakan dengan kenaikan harga premium , atau kenaikan pertamax dan membuat premium menjadi BBM bersubsidi seharusnya diseimbangkan dengan indikator siapa saja yang berhak mendapatkan BBM bersubsidi dan lebih diperketat untuk kebijakan itu .

10 Desember 2011

Pengaruh Pendapatan Ruas Jalan Tol Lingkar Jawa

0 komentar

Jalan tol Lintas Jawa atau yang lebih dikenal dengan Jalan Tol Trans Jawa adalah jaringan jalan tol yang menghubungkan kota – kota di pulau jawa . Jalan Tol ini menghubungkan dua kota besar di Indonesia , Jakarta dan Surabaya melalui jalan tol . Pemerintah merencankan pembangunan jalan tol Trans Jawa sekitar 1000 km yang menghubungkan Jakarta hingga Surabaya . Diantaranya ruas jalan tol tersebut adalah :

1. Jalan Tol Jakarta-Cikampek 72 Km (beroperasi sejak 1988)

2. Jalan Tol Cikampek-Palimanan 116 Km (direncanakan selesai september 2014)

3. Jalan Tol Palimanan-Kanci 26,3 Km (beroperasi sejak 1998)

4. Jalan Tol Kanci-Pejagan 35 Km (beroperasi sejak 26 Januari 2010)

5. Jalan Tol Pejagan-Pemalang 57,50 Km (direncanakan operasi 2011)

6. Jalan Tol Pemalang-Batang 39 Km (direncanakan operasi 2011)

7. Jalan Tol Batang-Semarang 75 Km (direncanakan operasi 2011)

8. Jalan Tol Semarang-Solo 75,7 Km (seksi I Semarang-Ungaran diresmikan November 2011, seksi II, III, IV direncanakan 2012)

9. Jalan Tol Solo-Ngawi 20,9 Km

10. Jalan Tol Ngawi-Kertosono 49,51 Km

11. Jalan Tol Kertosono-Mojokerto 41,65 Km (rencana operasi 2012)

12. Jalan Tol Mojokerto-Surabaya 34 Km (Seksi 1A beroperasi sejak 27 Agustus 2011, seksi berikutnya rencanan operasi 2013)

Ruas jalan tol tersebut merupakan proyek yang belum terselesaikan sepenuhnya , karena hanya sebagian yang baru terselesaikan . Tapi diperkirakan proyek ini akan selesai pada tahun 2014 . Pembangunan yang akan menghabiskan biaya ratusan milyar ini diharapkan akan menghasilkan efisisensi. Efisisensi yag dimaksud disini adalah dengan dibangunya ruas Tol Lingkar Jawa diharapkan dapat memberikan kemudahan untuk masyarakat yang akan berpergian menuju Jakarta – Surabaya maupun sebaliknya . Sementara itu , efisiensi yang dilakukan tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah Pendapatan Negara (Income) , yang selanjutnya akan meningkatkan tingkat konsumsi dan tingkat Investasi negara . Untuk lebih memahami mengenai pengaruh antara perubahan pendapatan dengan tingkat konsumsi dan tingkat investasi yang dilakukan berikut kurva yang menggambarkan hubungan tersebut .



Dari kurva tersebut dapat digambarkan bahwa pada saat tingkat pendapatan berada di Ya yang berarti tingkat konsumsi tetap . Sehingga jumlah pendapatan hanya bisa dilakukan untuk konsumsi . Kemudian tingkat pendapatan bertambah menjadi Ye, peningkatan ini menyebabkan jumlah konsumsi dapat terpenuhi dan dapat melakukan Investasi , keadaan inilah yang dinamakan Equilibrium dimana Y = C + I . Kemudian dengan bertambahnya pembangunan tol , diharapkan akan meningkatkan jumlah pendapatan seperti kurva Yp yang membuat jumlah konsumsi dan investasi juga akan meningkat . Karena jumlah konsumsi maupun investasi meningkat diharapkan stabilisasi nasional dapat terjadi . Oleh karena itu , agar semua dapat tercapai diharapkan proyek Jalan Tol Lingkar Jawa ini dapat cepat terselesaikan sehingga tidak hanya dapat membantu masyarakat pengguna Jalan Tol , tetapi juga dapat membantu semua masyarakat . Karena meningkatnya Pendapatan yang berasal dari jalan tol tersebut merupakan salah satu kontribusi untuk membangun perekonomian Indonesia

8 Desember 2011

Pertamax naik , pendapatan Pertamina pun turun drastis

0 komentar
Permasalahan :
Mengapa kenaikan pertamax berdampak dengan menurunnya jumlah pendapatan PT.Pertamina ?

Analisis:
Kenaikan BBM khususnya untuk jenis pertamax telah menjadi buah bibir untuk sebagian kalangan masyarakat . Bukan hanya dampak negatif yang berpengaruh unuk masyarakat , tapi untuk PT.Pertamina sendiri hal ini mengakibatkan dampak negatif . Kenaikan pertamax yang seharusnya dapat berdampak positif untuk PT.Pertamina , berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada . Pendapatan yang diperkirakan akan meningkat oleh PT.Pertamina dengan adanya kenaikan harga pertamax justru membuat pendapatan PT.Pertamina menjadi menurun drastis . Hal ini disebabkan karena jumlah konsumen Pertamax sebagian besar beralih ke Premium yang merupakan BBM bersubsidi . BBM bersubsidi yang notabene dikhususkan untuk kalangan menengah kebawah justru juga dinikmati oleh kalangan menengah ke atas yang semula merupakan pengguna pertamax . Kenaikan pertamax yang sangat tinggi di kondisi perekonomian saat ini , membuat banyak masyarakat bahkan yang bisa dikategorikan kalangan menengah ke atas berpikir 2 kali untuk membeli pertamax . Oleh karena itu banyak yang beralih ke premium . Hal ini secara langsung berdampak dengan menurunnya jumlah pendapatan PT.Pertamina . Untuk bisa lebih memahami mengenai penurunan tersebut saya akan memberikan contoh sebagai bahan ilustrasi .
Pada awalnya harga pertamax sebesar Rp 6.000,- per liter dan harga premium sebesar Rp 4500,- per liter , jika jumlah konsumen sebanyak 1000 orang maka perhitungan pendapatan kotor seperti berikut :
Pertamax = 1000 * 6000 = 6.000.000
Premium = 1000 * 4500 = 4.500.000 +
10.500.000
Jadi jumlah pendapatan PT.Pertamina dimisalkan sebesar Rp 10.500.000 sebelum adanya kenaikan harga pertamax .

Tapi dengan adanya kenaikan harga pertamax yang menjadi Rp 8.000,- per liter maka jumlah konsumen yang semula berjumlah 1000 orang , menjadi 400 orang dan 600 orang beralih ke premium sehingga jumlah konsumen premium menjadi bertambah sebanyak 1600 maka perhitungan pendapatan kotornya menjadi seperti berikut :
Pertamax = 200 * 8000 = 1.600 .000
Premium = 1800*4500 = 8.100 .000+
9.700.0000
Jadi ada penurunan sebesar 800.000 , hal ini akan cukup signifikan jika jumlah konsumen nyata akan melebihi jumlah contoh diatas .

Solusi :
Pemerintah seharusnya dapat lebih mempertimbangkan tentang permasalahan kenaikan pertamax agar para konsumen pertamax tidak lagi menggunakan BBM bersubsidi . Selain itu , indikator pemakai yang berhak untuk BBM bersubsidi agar lebih diperjelas bagaiaman org yang berhak untuk BBM bersubsidi tersebut . Karena bukan berarti pemakai kendaraan roda 2 adalah orang kalangan menengah ke bawah , tetapi banyak juga yang merupakan dari kalangan menengah ke atas , dan tidak selamanya pengguna kendaraan roda 4 adalah orang dari kalangan atas , tapi bisa juga merupakan konsumen dari golongan menengah seperti supir angkot yang berhak untuk mendapatkan BBM bersubsidi tersebut . Dengan banyaknya pengguna BBM bersubsidi yang sebagian merupakan konsumen dari golongan menengah ke atas , akan memurunkan jumlah pendapatan nasional karena banyak jumlah yang harus disubsidi oleh pemerintah . Oleh karena itu seharusnya kenaikan Pertamax atau BBM lainnya kecuali premium harus di setarakan dengan kenaikan harga premium , atau kenaikan pertamax dan membuat premium menjadi BBM bersubsidi seharusnya diseimbangkan dengan indikator siapa saja yang berhak mendapatkan BBM bersubsidi dan lebih diperketat untuk kebijakan itu .
 

dyaluppha , , Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea


Smashed Pink Can