19 April 2012

Diposting oleh Widya_Mauretya di 20.58 0 komentar

PROPOSAL
TEORI EKONOMI II
Mengacu pada Jurnal:
International Capital Movements: Who Gains and Who Loses?
Providing Competitiveness Assessment Model for State and Private Banks of Iran

DISUSUN OLEH
ANDISA RAHMI MAULINA                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            20210718
                           WIDYA MAURETYA                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
 28210495
Kelas: SMAK 04
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
PROPOSAL RISET
Judul
Efisiensi faktor produksi pada industry barang padat karya dan padat modal sebagai                     dasar memenangkan persaingan
Tema
Keunggulan Komparatif


Latar Belakang
            Dampak arus modal internasional kepada distribusi pendapatan dalam negara nampaknya perlu dieksplorasi lebih lanjut.  . Faktor produksi yang ada seperti modal, pekerja terampil, dan yang tidak terampil, kini, di jaman globalisasi ini  sudah bebas bergerak secara internasional. Pergerakan faktor produksi ini pasti akan mempengaruhi distribusi pendapatan di negaranya maupun negara lain. Dari faktor produksi ini dihasilkan barang barang yang bisa terklasifikasi menjadi dua kategori, yaitu padat modal dan padat karya. Masing masing jenis kepadatan pada barang ini memiliki positif negatifnya masing-masing. Hal ini yang kami rasa perlu ditelaah dari positif negative masing masing barang dengan jenis kepadatan terhadap dua sisi, yaitu pegawai dan pemilik modal pada perekonomian, terutama perekonomian di Indonesia. Perlu ditelaah jenis kepadatan barang mana yang lebih cocok diterapkan pada pereknomian kita dengan keadaan yang kita miliki saat ini. Apakah padat modal yang bisa memberikan sisi efisiensi dari hal tenaga kerja sudah cukup bisa diterapkan lebih lanjut di pada keadaan perekonomian kita atau kita sebetulnya masih membutuhkan jenis barang padat karya dikarenakan tingkat pengangguran kita yang masih tinggi. Dan selanjutnya sisi efisiensi dari pembuatan barang padat modal dan barang padat karya akan menentukan keunggulan komparatif untuk perusahaan tersebut . Keunggulan komparatif sangat dibutuhkan oleh sebuah perusahaan untuk dapat bersaing di dunia bisnis dan demi mempertahankan eksistensi perusahaan . Oleh karena itu perusahaan harus bisa mengefisiensikan jumlah faktor produksi agar bisa bersaing dengan perusahaan lainnya .

Perumusan Masalah
1.      Bagaimana positif negative dari barang padat modal dan barang padat karya?
2.      Apakah barang padat modal atau barang padat karya yang lebih cocok diterapkan pada keadaan perekonomian di Indonesia ?
3.      Bagaimana efisiensi faktor produksi dapat berpengaruh untuk suatu keunggulan komparatif ?
4.      Apakah penerapan efisiensi terhadap faktor produksi dapat membantu perekonomian Indonesia ?



Batasan Masalah
Masalah yang akan kami bahas dibatasi pada cakupan positif negative barang padat modal dan barang padat karya, lalu implementasinya yang lebih cocok diterapkan di negara indonesia dengan mempertimbangkan sisi keadaan perekonomian indonesia saat ini yang memiliki angka pengangguran yang tinggi. Serta bagaimana efisiensi terhadap faktor produksi dapat membantu perekonomian Indonesia untuk dapat bersaing di kancah internasional.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah barang padat modal atau barang padat karya yang lebih dapat mengefisiensikan faktor produksi serta mengetahui pengaruh efisiensi faktor produksi dapat memenangkan persaingan .

Riset Terdahulu
Untuk permasalahan mengenai barang padat modal dan barang padat karya , penelitian ini menggunakan data yang diambil dari jurnal  International Capital Movements: Who Gains and Who Loses? sedangkan masalah mengenai efisiensi faktor produksi dapat menentukan keunggulan komparatif , penelitian ini menggunakan data dari  jurnal  Providing Competitiveness Assessment Model for State and Private Banks of Iran . Dari penelitian ini juga diharapkan agar perusahaan di Indonesia dapat lebih memperhatikan efisiensi terhadap pemakaian faktor produksi agar dapat bersaing di dunia bisnis Internasional .

Metodologi Penelitian

Data
            Data yang digunakan dalam jurnal ini merupakan data sekunder dari literature-literature ilmiah yang memiliki kaitan dengan efisiensi yang berpengaruh terhadap keunggulan komparatif, ada juga data yang berhubungan seputar barang padat modal dan barang padat karya. Data yang didapatkan bersifat deskriptif lalu diolah dengan metode eksploratif dengan melihat penerapan yang mungkin terjadi pada keadaan perekonomian Indonesia saat ini.

Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh efisiensi faktor produksi seperti modal , tenaga kerja dan sumber daya dapat mempengaruhi keunggulan komparatif . Modal merupakan kekuatan keuangan yang mempunyai peranan penting dalam suatu perusahaan , efisiensi terhadap modal merupakan hal yang harus diperhatikan dalam suatu perusahaan karena modal sebagai kekuatan keuangan perusahaan mempunyai peranan penting untuk memenangkan daya saing . Selain itu pengaruh efisiensi  dari jumlah tenaga kerja suatu perusahaan , hal ini akan menjawab pertanyaan mengenai apakah barang padat modal atau barang padat karya yang lebih menggunakan istilah efisiensi . Selain itu efisiensi terhadap sumber daya alam juga merupakan salah satu faktor yang mendukung perusahaan untuk memenangkan persaingan . Efisiensi terhadap sumber daya alam dapat berupa pengurangan budget pembelian bahan baku tanpa mengurangi kualitas dari barang tersebut . Maka dapat dikatakan efisiensi sangat berpengaruh terhadap persaingan perusahaan .

Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian  adalah deskriptif yaitu memberikan gambaran secara jelas mengenai cara mengelola faktor – faktor produksi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan agar bisa mengungguli perusahaan lain . Selain itu penelitian ini memberikan gambaran mengenai penerapan efisiensi di perusahaan  Indonesia agar dapat bersaing dengan negara – negara lain  dengan mengolah data dari berbagai literature yang kemudian diambil kesimpulan secara umum .

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi terhadap faktor – faktor produksi sangat berperan penting dalam menentukan persaingan . Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi tanpa mengesampingkan kualitas produk yang dihasilkan. Agar konsumen tetap tidak kecewa dan menurunkan tingkat konsumsi mereka meskipun telah dilakukan efisiensi. Penggunaan padat modal sepenuhnya untuk penerapan di Indonesia sepertinya belum bisa benar-benar dilakukan apalagi jika dipertimbangkan dari angka pengangguran yang tinggi. Sebetulnya Indonesia masih membutuhkan industry padat karya jika dipertimbangkan dari kondisi perekonomian kita saat ini. Mungkin efisiensi bisa dilakukan pada bidang-bidang lain sehingga kualitastetap bisa dipertahankan sementara tenaga kerja kita juga masih dipergunakan.

Sumber :
International Capital Movements: Who Gains and Who Loses?
Providing Competitiveness Assessment Model for State and Private Banks of Iran


12 April 2012

E-Banking

Diposting oleh Widya_Mauretya di 22.48 0 komentar

Di zaman modern seperti saat ini , perkembangan teknologi telah membuat segala hal menjadi mudah . Tidak terkecuali dengan teknologi di dalam Bank dalam memberikan jasa pelayanan ke masyarakat . Seiring perkembangan zaman , Bank telah membuat inovasi baru dalam pelayanannya , yaitu dengan hadirnya E-Banking ( Electronic Banking ) , E-Banking merupakan pelayanan Bank yang menggunakan fasilitas kemajuan teknologi untuk mempermudah nasabah dalam melakukan berbagai transaksi . Nasabah tidak harus datang dan antri ke Bank untuk melakukan transaksi , adanya E-Banking telah mengubah semuanya menjadi lebih mudah . Berikut beberapa jenis teknologi E-Banking .

1. Automated Teller Machine ( ATM )

Terminal elektronik yang disediakan lembaga keuangan atau perusahaan lainnya yang membolehkan nasabah untuk melakukan penarikan tunai dari rekening simpanannya di bank , melakukan setoran , cek saldo atau pemindahan dana .

Computer Banking

Layanan Bank yang bisa diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke pusat data bank , untuk melakukan beberapa layanan perbankan , menerima dan membayar tagihan .

3. Debit (or check) Card

Kartu yang digunakan pada ATM atau terminal point-of-sale (POS) yang memungkinkan pelanggan memperoleh dana yang langsung diambil dari rekening banknya .

4. Direct Deposit

Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi yang membayar sejumlah dana melalui transfer elektronik . Dana ditransfer langsung ke setiap rekening .

5. Direct Payment

Salah satu bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk membayar tagihan melalui transfer dana elektronik . Dana tersebut secara elektronik ditransfer dari rekening nasabah ke rekening kreditor . Direct payment berbeda dari preauthorized debit dalam hal ini , nasabah harus menginisiasi setiap transaksi direct payment .

6. Electronic Bill Presentment and Payment (EBPP)

Bentuk pembayaran tagihan yang disampaikan ke nasabah secara online .

7. Electronic check Conversion

Proses konversi informasi yang tertuang dalam cek ke dalam format elektronik agar bisa dilakukan pemindahan dana elektronik atau proses lebih lanjut .

8. Electronic Fund Transfer

Perpindahan “uang” atau “pinjaman” dari satu rekening ke rekening lainnya melalui media elektronik .

9. Payroll Card

Salah satu tipe “stored – value card”yang diterbitkan oleh pemberi kerja sebagai pengganti cek yang memungkinkan pegawainya mengakses pembayarannya pada terminal AT, atau Point Of Sales . Pemberi kerja menambahkan nilai pembayaran pegawai ke kartu tersebut secara elektronik .

10. Preauthorized Debit

Bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi pembayaran rutin otomatis yang diambil dari rekening banknya pada tanggal – tanggal tertentu dan biasanya dengan jumlah pembayaran tertentu . Dana secara elektronik ditransfer dari rekening pelanggan ke rekening kreditor .

11. Prepaid Card

Salah satu tipe Stored-Value Card yang menyimpan nilai moneter di dalamnya dan sebelumnya pelanggan sudah membayar nilai tersebut ke penerbit kartu .

12. Smart Card

Salah satu Stored-Value Card yang di dalamnya tertanam satu atau lebih chips atau microprocessors sehingga bisa menyimpan data , melakukan perhitungan , atau melakukan proses untuk tujuan khusus . Kartu ini bisa digunakan pada sistem terbuka atau sistem tertutup .

13. Stored-Value Card

Kartu yang didalamnya tersimpan sejumlah nilai moneter,yang diisi melalui pembayaran sebelumnya oleh pelanggan atau melalui simpanan yang diberikan oleh pemberi kerja atau perusahaan lain .

ANTARA BPR JAKARTA DAN IRIAN JAYA BARAT

Diposting oleh Widya_Mauretya di 22.28 0 komentar

Antara BPR JAKARTA dan IRIAN

Melihat kehidupan perbankan di Indonesia , Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak Bank yang dibagi menjadi tiga jenis dalam pelaksanaanya . Pertama , yaitu Bank Konvesional yaitu merupakan Bank yang melakukan kegiatan perbankan secara umum. Kedua ,Bank Syariah , yaitu Bank yang dalam pelaksanaanya tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang dilakukan oleh Bank Konvesional namun Bank Syariah lebih menekankan syariat-syariat islam dalam transaksinya , dan tidak menghalalkan prinsip bunga bank yang dilakukan seperti Bank Konvesional . Namun , Bank Syariah lebih menekankan kepada sistem bagi hasil dalam transaksi perbankan yang dilakukannya . Kemudian yang terakhir yaitu Bank Perkreditan Rakyat atau yang disingkat menjadi BPR . BPR merupakan bank yang dikhususkan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan transaksi pemberian kredit , dan biasanya BPR banyak ditemui di daerah-daerah dibanding di perkotaan .Sebab , belum banyaknya jumlah bank konvesional yang menjamah pedesaan . Dalam kegiatannya , semua bank akan selalu berorientasi memberikan yang terbaik untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank-bank tersebut . Oleh karena itu , dibutuhkan suatu penilaian terhadap kinerja keuangan bank-bank tersebut apakah bank tersebut dapat digolongkan sebagai bank dalam kondisi yang sehat atau tidak . Dalam analisis kali ini , saya menggunakan statistik kinerja BPR untuk menilai kondisi keadaan bank tersebut dan mengambil sampel 2 provinsi yang berbeda yaitu DKI Jakarta sebagai ibukota provinsi dan Provinsi Irian Jaya Barat . Dalam menganalisis kinerja keuangan dibutuhkan laporan keuangan yang akan dinilai dalam lima aspek penilain yaitu CAMEL ( Capital , Assers , Management , Earning dan Liquidty ) , dimana aspek capital meliputi perhitungan CAR ( Capital Adequacy Ratio ) , aspek asset meliputi NPL ( Non Performing Loan ), aspek earning meliputi NIM ( Net Interest Margin ) dan BOPO ( Biaya Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional ) ,sedangakn aspek likuiditas meliputi LDR ( Loan to Deposit Ratio ) dan GWM ( Giro Wajib Minimum ) . Selain itu profitabilitas perbankan dinilai dengan ROE ( Return On Equity ) dan ROA ( Return On Asset ) . ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam kegiatan perusahaan , sedangkan ROE hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Siamat,2002) . ROA dinilai berdasarkan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset . Penilaian ROA adalah semakin besar jumlah ROA akan menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik , sehingga jumlah profitabilitas perusahaan pun akan meningkat . Sedangakn untuk analisis capital , semakin besar nilai suatu modal maka akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut . Dan disebutkan bahwa nilai CAR akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA . Dari aspek asset terdapat perhitungan NPL yang menunjukann kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali redit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas . NPL dihitung berdasarkan jumlah kredit bermasalah terhadap jumlah kredit yang dikeluarkan oleh bank . Apabila suatu bank memiliki NPL dengan jumlah tinggi maka akan memperbesar biaya . sehingga dapat diambil kesimpulan semakin tinggi nilai NPL maka akan menganggu jalannya kinerja bank .Selain itu , terdapat BOPO dan NIM dalam aspek earning . BOPO mengukur sejauh mana manajemen bank telah menggunakan semua faktor produksinya secara efektif dan efisien yang dinilai berdasarkn perbandingan antara biaya operasi dengan pendapatan operasi . NIM merupakan selisih pendapatan bunga dengan biaya bungan oleh karena itu besarnya NIM akan mempengaruhi laba-rugi Bank yang akhirnya mempengaruhi kinerja perusahaan terebut , Sedangkan dalam penilaian likuiditas bank , digunakan LDR , yaitu mengukur seberapa besar dana bank di lepaskan ke perkreditan , semakin tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat , Berikut statistik kinerja BPR yang dinilai berdasarkan kelima aspek tersebut . Berikut ini merupakan link yang menunjukan tabel statisktik kinerja BPR di Indonesia bulan Februari Nasional .

Kinerja BPR Konvensional skala Nasional

Periode : Februari 2012

No.

Provinsi

CAR

LDR

BOPO

ROA

ROE

NPL

1

Sumatera Utara

19.97%

73.20%

91.76%

1.34%

11.16%

9.29%

2

Sulawesi Barat

23.13%

88.09%

63.57%

10.03%

73.93%

4.82%

3

Bali

15.67%

78.66%

81.04%

2.91%

39.08%

3.11%

4

Banten

31.23%

80.30%

81.27%

3.20%

10.10%

9.73%

5

Bengkulu

41.52%

87.90%

65.36%

10.68%

44.29%

3.10%

6

D.I Yogyakarta

19.22%

82.84%

86.21%

2.17%

20.08%

6.20%

7

Provinsi DKI Jakarta

20.79%

69.96%

90.25%

3.21%

35.64%

6.22%

8

Gorontalo

72.85%

71.33%

67.67%

9.50%

39.01%

13.84%

9

Irian Jaya Barat

15.35%

71.06%

42.51%

12.02%

650.27%

0.38%

10

Jambi

28.64%

74.72%

67.13%

6.46%

61.79%

4.52%

11

Jawa Barat

21.89%

75.54%

86.35%

2.76%

22.15%

6.81%

12

Jawa Tengah

21.78%

80.70%

80.81%

3.15%

29.10%

7.32%

13

Kalimantan Selatan

49.78%

57.74%

69.33%

4.44%

27.53%

4.54%

14

Kalimantan Tengah

39.23%

74.84%

59.66%

-0.06%

-0.32%

7.62%

15

Kalimantan Timur

36.92%

74.31%

95.91%

3.28%

16.14%

13.60%

16

Kep. Bangka Belitung

15.90%

61.40%

60.08%

8.78%

182.71%

3.86%

17

Kep. Riau

15.10%

69.25%

78.35%

3.33%

49.53%

2.34%

18

Lampung

32.13%

87.69%

61.33%

5.72%

48.82%

1.52%

19

Maluku

26.55%

97.52%

37.81%

12.76%

435.62%

1.36%

20

Maluku Utara

42.02%

74.67%

66.55%

8.51%

43.56%

2.72%

21

Nanggroe Aceh Darussalam

44.63%

88.83%

88.64%

2.70%

8.12%

7.48%

22

Nusa Tenggara Barat

41.74%

81.86%

76.89%

4.73%

24.44%

13.11%

23

Nusa Tenggara Timur

30.13%

76.22%

73.23%

8.99%

70.46%

4.25%

24

Papua

18.00%

91.67%

55.82%

8.24%

132.91%

1.68%

25

Riau

23.78%

68.15%

88.91%

1.85%

17.02%

9.63%

26

Sulawesi Selatan

24.42%

85.93%

70.39%

4.03%

60.26%

2.32%

27

Sulawesi Tengah

27.71%

88.97%

60.69%

9.38%

146.30%

1.83%

28

Jawa Timur

28.55%

80.18%

78.07%

4.27%

32.97%

4.39%

29

Kalimantan Barat

19.86%

65.51%

86.29%

1.43%

23.17%

3.36%

30

Sulawesi Tenggara

42.24%

82.09%

129.63%

-2.26%

-8.58%

15.79%

31

Sulawesi Utara

20.83%

77.58%

78.60%

3.82%

65.60%

4.15%

32

Sumatera Barat

18.49%

83.76%

90.50%

1.69%

13.76%

7.52%

33

Sumatera Selatan

35.51%

74.61%

71.94%

4.15%

36.90%

5.18%

Nasional

30.77%

79.47%

79.82%

3.54%

31.53%

5.57%

Sumber Tabel : http://www.bi.go.id


Dalam tulisan ini saya akan menggunakan sampel provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Irian Jaya Barat . Melihat tabel kinerja BPR tersebut , untuk provinsi DKI Jakarta , dapat dilihat bahwa jumlah ROA provinsi tersebut adalah 3,21 % , LDR sebesar 69,96% , NPL sebesar 6,22% , BOPO sebesar 90,25% , CAR sebesar 20,79% . Dapat diambil kesimpulan kinerja keuangan BPR di Provinsi DKI Jakarta belum terlalu efektif dan efisien , hal ini ditunjukan dengan nilai ROA yang kecil . Hal ini dipengaruhi oleh nilai BOPO yang sangat besar , BOPO merupakan penilaian seberapa besar pendapatan operasi digunakan untuk membiayai biaya operasi , maka nilai BOPO yang besar menunjukan bahwa BPR di jakarta belum dapat efisien dan efektif , hal ini berpengaruh negatif untuk ROA karena jika tidak efisien dalam menekan biaya , maka laba yang dihasilkan akan semakin sedikit . Ketidak efisiensian BPR di DKI Jakarta juga tercermin dari nilai LDR yang cukup tinggi , tetapi jumlah NPL juga semakin tinggi , hal ini menunjukan bahwa kredit yang diberikan oleh BPR banyak terdapat kredit bermasalah yang hasilnya akan mengurangi laba . Beda hal dengan Provinsi Irian Jaya Barat , BPR di provinsi Irian Jaya Barat dapat lebih berlaku efektif dan efisien , hal ini tercermin dari jumlah ROA yang tinggi yaitu 12,02% , yang tidak lain berasal dari nilai BOPO yang jauh lebih rendah dibanding dengan provinsi DKI Jakarta yaitu 42,51 % , hal ini membuktikan bahwa BPR di provinsi Irian Jaya Barat dapat lebih menekan biaya operasi sehingga laba yng dihasilkan akan besar . Selain itu nilai NPL yang kecil membuktikan bahwa jumlah kredit bermasalah sangat kecil , sehingga berpengaruh positif terhadap jumlah ROA . Ini membuktikan bahwa antara BPR di Provinsi Irian Jaya Barat lebih efisien dibandingkan dengan BPR di Provinsi DKI Jakarta .

Sumber :

http://www.bi.go.id

http://eprints.undip.ac.id/16854/1/BUDI_PONCO.pdf

19 April 2012

0 komentar

PROPOSAL
TEORI EKONOMI II
Mengacu pada Jurnal:
International Capital Movements: Who Gains and Who Loses?
Providing Competitiveness Assessment Model for State and Private Banks of Iran

DISUSUN OLEH
ANDISA RAHMI MAULINA                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            20210718
                           WIDYA MAURETYA                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
 28210495
Kelas: SMAK 04
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
PROPOSAL RISET
Judul
Efisiensi faktor produksi pada industry barang padat karya dan padat modal sebagai                     dasar memenangkan persaingan
Tema
Keunggulan Komparatif


Latar Belakang
            Dampak arus modal internasional kepada distribusi pendapatan dalam negara nampaknya perlu dieksplorasi lebih lanjut.  . Faktor produksi yang ada seperti modal, pekerja terampil, dan yang tidak terampil, kini, di jaman globalisasi ini  sudah bebas bergerak secara internasional. Pergerakan faktor produksi ini pasti akan mempengaruhi distribusi pendapatan di negaranya maupun negara lain. Dari faktor produksi ini dihasilkan barang barang yang bisa terklasifikasi menjadi dua kategori, yaitu padat modal dan padat karya. Masing masing jenis kepadatan pada barang ini memiliki positif negatifnya masing-masing. Hal ini yang kami rasa perlu ditelaah dari positif negative masing masing barang dengan jenis kepadatan terhadap dua sisi, yaitu pegawai dan pemilik modal pada perekonomian, terutama perekonomian di Indonesia. Perlu ditelaah jenis kepadatan barang mana yang lebih cocok diterapkan pada pereknomian kita dengan keadaan yang kita miliki saat ini. Apakah padat modal yang bisa memberikan sisi efisiensi dari hal tenaga kerja sudah cukup bisa diterapkan lebih lanjut di pada keadaan perekonomian kita atau kita sebetulnya masih membutuhkan jenis barang padat karya dikarenakan tingkat pengangguran kita yang masih tinggi. Dan selanjutnya sisi efisiensi dari pembuatan barang padat modal dan barang padat karya akan menentukan keunggulan komparatif untuk perusahaan tersebut . Keunggulan komparatif sangat dibutuhkan oleh sebuah perusahaan untuk dapat bersaing di dunia bisnis dan demi mempertahankan eksistensi perusahaan . Oleh karena itu perusahaan harus bisa mengefisiensikan jumlah faktor produksi agar bisa bersaing dengan perusahaan lainnya .

Perumusan Masalah
1.      Bagaimana positif negative dari barang padat modal dan barang padat karya?
2.      Apakah barang padat modal atau barang padat karya yang lebih cocok diterapkan pada keadaan perekonomian di Indonesia ?
3.      Bagaimana efisiensi faktor produksi dapat berpengaruh untuk suatu keunggulan komparatif ?
4.      Apakah penerapan efisiensi terhadap faktor produksi dapat membantu perekonomian Indonesia ?



Batasan Masalah
Masalah yang akan kami bahas dibatasi pada cakupan positif negative barang padat modal dan barang padat karya, lalu implementasinya yang lebih cocok diterapkan di negara indonesia dengan mempertimbangkan sisi keadaan perekonomian indonesia saat ini yang memiliki angka pengangguran yang tinggi. Serta bagaimana efisiensi terhadap faktor produksi dapat membantu perekonomian Indonesia untuk dapat bersaing di kancah internasional.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah barang padat modal atau barang padat karya yang lebih dapat mengefisiensikan faktor produksi serta mengetahui pengaruh efisiensi faktor produksi dapat memenangkan persaingan .

Riset Terdahulu
Untuk permasalahan mengenai barang padat modal dan barang padat karya , penelitian ini menggunakan data yang diambil dari jurnal  International Capital Movements: Who Gains and Who Loses? sedangkan masalah mengenai efisiensi faktor produksi dapat menentukan keunggulan komparatif , penelitian ini menggunakan data dari  jurnal  Providing Competitiveness Assessment Model for State and Private Banks of Iran . Dari penelitian ini juga diharapkan agar perusahaan di Indonesia dapat lebih memperhatikan efisiensi terhadap pemakaian faktor produksi agar dapat bersaing di dunia bisnis Internasional .

Metodologi Penelitian

Data
            Data yang digunakan dalam jurnal ini merupakan data sekunder dari literature-literature ilmiah yang memiliki kaitan dengan efisiensi yang berpengaruh terhadap keunggulan komparatif, ada juga data yang berhubungan seputar barang padat modal dan barang padat karya. Data yang didapatkan bersifat deskriptif lalu diolah dengan metode eksploratif dengan melihat penerapan yang mungkin terjadi pada keadaan perekonomian Indonesia saat ini.

Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh efisiensi faktor produksi seperti modal , tenaga kerja dan sumber daya dapat mempengaruhi keunggulan komparatif . Modal merupakan kekuatan keuangan yang mempunyai peranan penting dalam suatu perusahaan , efisiensi terhadap modal merupakan hal yang harus diperhatikan dalam suatu perusahaan karena modal sebagai kekuatan keuangan perusahaan mempunyai peranan penting untuk memenangkan daya saing . Selain itu pengaruh efisiensi  dari jumlah tenaga kerja suatu perusahaan , hal ini akan menjawab pertanyaan mengenai apakah barang padat modal atau barang padat karya yang lebih menggunakan istilah efisiensi . Selain itu efisiensi terhadap sumber daya alam juga merupakan salah satu faktor yang mendukung perusahaan untuk memenangkan persaingan . Efisiensi terhadap sumber daya alam dapat berupa pengurangan budget pembelian bahan baku tanpa mengurangi kualitas dari barang tersebut . Maka dapat dikatakan efisiensi sangat berpengaruh terhadap persaingan perusahaan .

Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian  adalah deskriptif yaitu memberikan gambaran secara jelas mengenai cara mengelola faktor – faktor produksi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan agar bisa mengungguli perusahaan lain . Selain itu penelitian ini memberikan gambaran mengenai penerapan efisiensi di perusahaan  Indonesia agar dapat bersaing dengan negara – negara lain  dengan mengolah data dari berbagai literature yang kemudian diambil kesimpulan secara umum .

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi terhadap faktor – faktor produksi sangat berperan penting dalam menentukan persaingan . Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi tanpa mengesampingkan kualitas produk yang dihasilkan. Agar konsumen tetap tidak kecewa dan menurunkan tingkat konsumsi mereka meskipun telah dilakukan efisiensi. Penggunaan padat modal sepenuhnya untuk penerapan di Indonesia sepertinya belum bisa benar-benar dilakukan apalagi jika dipertimbangkan dari angka pengangguran yang tinggi. Sebetulnya Indonesia masih membutuhkan industry padat karya jika dipertimbangkan dari kondisi perekonomian kita saat ini. Mungkin efisiensi bisa dilakukan pada bidang-bidang lain sehingga kualitastetap bisa dipertahankan sementara tenaga kerja kita juga masih dipergunakan.

Sumber :
International Capital Movements: Who Gains and Who Loses?
Providing Competitiveness Assessment Model for State and Private Banks of Iran


12 April 2012

E-Banking

0 komentar

Di zaman modern seperti saat ini , perkembangan teknologi telah membuat segala hal menjadi mudah . Tidak terkecuali dengan teknologi di dalam Bank dalam memberikan jasa pelayanan ke masyarakat . Seiring perkembangan zaman , Bank telah membuat inovasi baru dalam pelayanannya , yaitu dengan hadirnya E-Banking ( Electronic Banking ) , E-Banking merupakan pelayanan Bank yang menggunakan fasilitas kemajuan teknologi untuk mempermudah nasabah dalam melakukan berbagai transaksi . Nasabah tidak harus datang dan antri ke Bank untuk melakukan transaksi , adanya E-Banking telah mengubah semuanya menjadi lebih mudah . Berikut beberapa jenis teknologi E-Banking .

1. Automated Teller Machine ( ATM )

Terminal elektronik yang disediakan lembaga keuangan atau perusahaan lainnya yang membolehkan nasabah untuk melakukan penarikan tunai dari rekening simpanannya di bank , melakukan setoran , cek saldo atau pemindahan dana .

Computer Banking

Layanan Bank yang bisa diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke pusat data bank , untuk melakukan beberapa layanan perbankan , menerima dan membayar tagihan .

3. Debit (or check) Card

Kartu yang digunakan pada ATM atau terminal point-of-sale (POS) yang memungkinkan pelanggan memperoleh dana yang langsung diambil dari rekening banknya .

4. Direct Deposit

Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi yang membayar sejumlah dana melalui transfer elektronik . Dana ditransfer langsung ke setiap rekening .

5. Direct Payment

Salah satu bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk membayar tagihan melalui transfer dana elektronik . Dana tersebut secara elektronik ditransfer dari rekening nasabah ke rekening kreditor . Direct payment berbeda dari preauthorized debit dalam hal ini , nasabah harus menginisiasi setiap transaksi direct payment .

6. Electronic Bill Presentment and Payment (EBPP)

Bentuk pembayaran tagihan yang disampaikan ke nasabah secara online .

7. Electronic check Conversion

Proses konversi informasi yang tertuang dalam cek ke dalam format elektronik agar bisa dilakukan pemindahan dana elektronik atau proses lebih lanjut .

8. Electronic Fund Transfer

Perpindahan “uang” atau “pinjaman” dari satu rekening ke rekening lainnya melalui media elektronik .

9. Payroll Card

Salah satu tipe “stored – value card”yang diterbitkan oleh pemberi kerja sebagai pengganti cek yang memungkinkan pegawainya mengakses pembayarannya pada terminal AT, atau Point Of Sales . Pemberi kerja menambahkan nilai pembayaran pegawai ke kartu tersebut secara elektronik .

10. Preauthorized Debit

Bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi pembayaran rutin otomatis yang diambil dari rekening banknya pada tanggal – tanggal tertentu dan biasanya dengan jumlah pembayaran tertentu . Dana secara elektronik ditransfer dari rekening pelanggan ke rekening kreditor .

11. Prepaid Card

Salah satu tipe Stored-Value Card yang menyimpan nilai moneter di dalamnya dan sebelumnya pelanggan sudah membayar nilai tersebut ke penerbit kartu .

12. Smart Card

Salah satu Stored-Value Card yang di dalamnya tertanam satu atau lebih chips atau microprocessors sehingga bisa menyimpan data , melakukan perhitungan , atau melakukan proses untuk tujuan khusus . Kartu ini bisa digunakan pada sistem terbuka atau sistem tertutup .

13. Stored-Value Card

Kartu yang didalamnya tersimpan sejumlah nilai moneter,yang diisi melalui pembayaran sebelumnya oleh pelanggan atau melalui simpanan yang diberikan oleh pemberi kerja atau perusahaan lain .

ANTARA BPR JAKARTA DAN IRIAN JAYA BARAT

0 komentar

Antara BPR JAKARTA dan IRIAN

Melihat kehidupan perbankan di Indonesia , Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak Bank yang dibagi menjadi tiga jenis dalam pelaksanaanya . Pertama , yaitu Bank Konvesional yaitu merupakan Bank yang melakukan kegiatan perbankan secara umum. Kedua ,Bank Syariah , yaitu Bank yang dalam pelaksanaanya tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang dilakukan oleh Bank Konvesional namun Bank Syariah lebih menekankan syariat-syariat islam dalam transaksinya , dan tidak menghalalkan prinsip bunga bank yang dilakukan seperti Bank Konvesional . Namun , Bank Syariah lebih menekankan kepada sistem bagi hasil dalam transaksi perbankan yang dilakukannya . Kemudian yang terakhir yaitu Bank Perkreditan Rakyat atau yang disingkat menjadi BPR . BPR merupakan bank yang dikhususkan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan transaksi pemberian kredit , dan biasanya BPR banyak ditemui di daerah-daerah dibanding di perkotaan .Sebab , belum banyaknya jumlah bank konvesional yang menjamah pedesaan . Dalam kegiatannya , semua bank akan selalu berorientasi memberikan yang terbaik untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank-bank tersebut . Oleh karena itu , dibutuhkan suatu penilaian terhadap kinerja keuangan bank-bank tersebut apakah bank tersebut dapat digolongkan sebagai bank dalam kondisi yang sehat atau tidak . Dalam analisis kali ini , saya menggunakan statistik kinerja BPR untuk menilai kondisi keadaan bank tersebut dan mengambil sampel 2 provinsi yang berbeda yaitu DKI Jakarta sebagai ibukota provinsi dan Provinsi Irian Jaya Barat . Dalam menganalisis kinerja keuangan dibutuhkan laporan keuangan yang akan dinilai dalam lima aspek penilain yaitu CAMEL ( Capital , Assers , Management , Earning dan Liquidty ) , dimana aspek capital meliputi perhitungan CAR ( Capital Adequacy Ratio ) , aspek asset meliputi NPL ( Non Performing Loan ), aspek earning meliputi NIM ( Net Interest Margin ) dan BOPO ( Biaya Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional ) ,sedangakn aspek likuiditas meliputi LDR ( Loan to Deposit Ratio ) dan GWM ( Giro Wajib Minimum ) . Selain itu profitabilitas perbankan dinilai dengan ROE ( Return On Equity ) dan ROA ( Return On Asset ) . ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam kegiatan perusahaan , sedangkan ROE hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Siamat,2002) . ROA dinilai berdasarkan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset . Penilaian ROA adalah semakin besar jumlah ROA akan menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik , sehingga jumlah profitabilitas perusahaan pun akan meningkat . Sedangakn untuk analisis capital , semakin besar nilai suatu modal maka akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut . Dan disebutkan bahwa nilai CAR akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA . Dari aspek asset terdapat perhitungan NPL yang menunjukann kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali redit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas . NPL dihitung berdasarkan jumlah kredit bermasalah terhadap jumlah kredit yang dikeluarkan oleh bank . Apabila suatu bank memiliki NPL dengan jumlah tinggi maka akan memperbesar biaya . sehingga dapat diambil kesimpulan semakin tinggi nilai NPL maka akan menganggu jalannya kinerja bank .Selain itu , terdapat BOPO dan NIM dalam aspek earning . BOPO mengukur sejauh mana manajemen bank telah menggunakan semua faktor produksinya secara efektif dan efisien yang dinilai berdasarkn perbandingan antara biaya operasi dengan pendapatan operasi . NIM merupakan selisih pendapatan bunga dengan biaya bungan oleh karena itu besarnya NIM akan mempengaruhi laba-rugi Bank yang akhirnya mempengaruhi kinerja perusahaan terebut , Sedangkan dalam penilaian likuiditas bank , digunakan LDR , yaitu mengukur seberapa besar dana bank di lepaskan ke perkreditan , semakin tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat , Berikut statistik kinerja BPR yang dinilai berdasarkan kelima aspek tersebut . Berikut ini merupakan link yang menunjukan tabel statisktik kinerja BPR di Indonesia bulan Februari Nasional .

Kinerja BPR Konvensional skala Nasional

Periode : Februari 2012

No.

Provinsi

CAR

LDR

BOPO

ROA

ROE

NPL

1

Sumatera Utara

19.97%

73.20%

91.76%

1.34%

11.16%

9.29%

2

Sulawesi Barat

23.13%

88.09%

63.57%

10.03%

73.93%

4.82%

3

Bali

15.67%

78.66%

81.04%

2.91%

39.08%

3.11%

4

Banten

31.23%

80.30%

81.27%

3.20%

10.10%

9.73%

5

Bengkulu

41.52%

87.90%

65.36%

10.68%

44.29%

3.10%

6

D.I Yogyakarta

19.22%

82.84%

86.21%

2.17%

20.08%

6.20%

7

Provinsi DKI Jakarta

20.79%

69.96%

90.25%

3.21%

35.64%

6.22%

8

Gorontalo

72.85%

71.33%

67.67%

9.50%

39.01%

13.84%

9

Irian Jaya Barat

15.35%

71.06%

42.51%

12.02%

650.27%

0.38%

10

Jambi

28.64%

74.72%

67.13%

6.46%

61.79%

4.52%

11

Jawa Barat

21.89%

75.54%

86.35%

2.76%

22.15%

6.81%

12

Jawa Tengah

21.78%

80.70%

80.81%

3.15%

29.10%

7.32%

13

Kalimantan Selatan

49.78%

57.74%

69.33%

4.44%

27.53%

4.54%

14

Kalimantan Tengah

39.23%

74.84%

59.66%

-0.06%

-0.32%

7.62%

15

Kalimantan Timur

36.92%

74.31%

95.91%

3.28%

16.14%

13.60%

16

Kep. Bangka Belitung

15.90%

61.40%

60.08%

8.78%

182.71%

3.86%

17

Kep. Riau

15.10%

69.25%

78.35%

3.33%

49.53%

2.34%

18

Lampung

32.13%

87.69%

61.33%

5.72%

48.82%

1.52%

19

Maluku

26.55%

97.52%

37.81%

12.76%

435.62%

1.36%

20

Maluku Utara

42.02%

74.67%

66.55%

8.51%

43.56%

2.72%

21

Nanggroe Aceh Darussalam

44.63%

88.83%

88.64%

2.70%

8.12%

7.48%

22

Nusa Tenggara Barat

41.74%

81.86%

76.89%

4.73%

24.44%

13.11%

23

Nusa Tenggara Timur

30.13%

76.22%

73.23%

8.99%

70.46%

4.25%

24

Papua

18.00%

91.67%

55.82%

8.24%

132.91%

1.68%

25

Riau

23.78%

68.15%

88.91%

1.85%

17.02%

9.63%

26

Sulawesi Selatan

24.42%

85.93%

70.39%

4.03%

60.26%

2.32%

27

Sulawesi Tengah

27.71%

88.97%

60.69%

9.38%

146.30%

1.83%

28

Jawa Timur

28.55%

80.18%

78.07%

4.27%

32.97%

4.39%

29

Kalimantan Barat

19.86%

65.51%

86.29%

1.43%

23.17%

3.36%

30

Sulawesi Tenggara

42.24%

82.09%

129.63%

-2.26%

-8.58%

15.79%

31

Sulawesi Utara

20.83%

77.58%

78.60%

3.82%

65.60%

4.15%

32

Sumatera Barat

18.49%

83.76%

90.50%

1.69%

13.76%

7.52%

33

Sumatera Selatan

35.51%

74.61%

71.94%

4.15%

36.90%

5.18%

Nasional

30.77%

79.47%

79.82%

3.54%

31.53%

5.57%

Sumber Tabel : http://www.bi.go.id


Dalam tulisan ini saya akan menggunakan sampel provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Irian Jaya Barat . Melihat tabel kinerja BPR tersebut , untuk provinsi DKI Jakarta , dapat dilihat bahwa jumlah ROA provinsi tersebut adalah 3,21 % , LDR sebesar 69,96% , NPL sebesar 6,22% , BOPO sebesar 90,25% , CAR sebesar 20,79% . Dapat diambil kesimpulan kinerja keuangan BPR di Provinsi DKI Jakarta belum terlalu efektif dan efisien , hal ini ditunjukan dengan nilai ROA yang kecil . Hal ini dipengaruhi oleh nilai BOPO yang sangat besar , BOPO merupakan penilaian seberapa besar pendapatan operasi digunakan untuk membiayai biaya operasi , maka nilai BOPO yang besar menunjukan bahwa BPR di jakarta belum dapat efisien dan efektif , hal ini berpengaruh negatif untuk ROA karena jika tidak efisien dalam menekan biaya , maka laba yang dihasilkan akan semakin sedikit . Ketidak efisiensian BPR di DKI Jakarta juga tercermin dari nilai LDR yang cukup tinggi , tetapi jumlah NPL juga semakin tinggi , hal ini menunjukan bahwa kredit yang diberikan oleh BPR banyak terdapat kredit bermasalah yang hasilnya akan mengurangi laba . Beda hal dengan Provinsi Irian Jaya Barat , BPR di provinsi Irian Jaya Barat dapat lebih berlaku efektif dan efisien , hal ini tercermin dari jumlah ROA yang tinggi yaitu 12,02% , yang tidak lain berasal dari nilai BOPO yang jauh lebih rendah dibanding dengan provinsi DKI Jakarta yaitu 42,51 % , hal ini membuktikan bahwa BPR di provinsi Irian Jaya Barat dapat lebih menekan biaya operasi sehingga laba yng dihasilkan akan besar . Selain itu nilai NPL yang kecil membuktikan bahwa jumlah kredit bermasalah sangat kecil , sehingga berpengaruh positif terhadap jumlah ROA . Ini membuktikan bahwa antara BPR di Provinsi Irian Jaya Barat lebih efisien dibandingkan dengan BPR di Provinsi DKI Jakarta .

Sumber :

http://www.bi.go.id

http://eprints.undip.ac.id/16854/1/BUDI_PONCO.pdf

 

dyaluppha , , Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea


Smashed Pink Can