KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN ANALISIS SENSITIVITAS
USAHA TERNAK SAPI PERAH MENURUT POLA PENGUSAHAAN
DI JAWA BARAT
Benny Rachman
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian
Jalan A.Yani 70, P.O Box 200 , Bogor 16111 , Indonesia
1997
TEMA / TOPIK PENELITIAN
Pengaruh efesiensi pemanfaatan sumber daya usaha ternak sapi terhadap keunggulan komparatif
JUDUL PENELITIAN
Keunggulan komparatif dan analisis sensitivitas usaha ternak sapi perah menurut pola pengusaha di Jawa Barat
LATAR BELAKANG PENELITIAN
I.Fenomena
Sebagai salah satu program sektoral , usaha ternak sapi perah dipandnang kondusif bila dikaitkan dengan kendala sumber daya dan alokasi dana yang terbatas . Dengan terciptanya iklim usaha yang kondusif tentunyadapat memberi peluang adanya peningkatan pendapatan , khususnya peternak , serta peluamg investasi dan perluasan usaha . Oleh karena peluang usaha yang prospektif maka perlu dilakukan efisiensi agar dapat menelaah kelayakan usaha sapi perah dari berbagai pola rekomendasi pengembangan , ditinjau dari segi efesiensi pemanfaatan sumberdaya domestic melalui alat analisis BSD (biaya sumber – daya domestik) .
II . Motivasi penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk menelaah kelayakan usaha sapi perah dari berbagai pola rekomendasi pengembangan , ditinjau dari segi efesiensi pemanfaatan sumber daya domestic melalui alat analisis BSD (biaya sumber – daya domestik
HIPOTESIS PENELITIAN
1 . Apakah pola yang diajukan cenderung menguntungkan untuk peternakan sapi perah ?
2 . Apakah efisiensi terhadap sumber daya mempengaruhi keunggulan komparatif ?
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efisiensi sumber daya domestik dalam menelaah kelayakan usaha sapi perah dari berbagai pola rekomendasi pengembangan melalui analisis BSD (biaya sumber –daya domestik) .
METODOLOGI PENELITIAN
1 . Data
Dalam penelitian ini dipergunakan tiga gugus data yaitu 1. Data input – output usaha ni susu sapi perah , 2 . data input yang dapat diuraikan ke dalam komponen domestik dan asing dari input usaha tani , dan 3 . data ekonomik untuk perkiraan harga bayangan input dan output usaha tani susu sapi perah yang dianalisis
2 . Variabel
Dalam penelitian kali ini dibutukan alat analisis yang berupa BSD ( biaya sumber domestik ) . BSD sendiri dapat didefinisikan sebagai ukuran biaya peluang social ( social opportunity cost ) dari penerimaan suatu unit marginal bersih devisa diukur dalam bentuk faktor – faktor produksi domestik yang digunakan , baik langsung maupun tidak langsung dalam suatu aktivitas ekonomi . Penentuan BSD dapat diawali dari konsep NSP ( net social profitability ) , yang dirumuskan oleh PEARSON , 1976 sebagai berikut :
Dari persamaan 3 , terlihat harga bayangan nilai tukar uang sama dengan biaya sosial input domestik ditambah eksternalitas dibagi dengan total penerimaan sosial dikurangi dengan biaya sosial komponen inpu asing . Dengan demikian bentuk BSD menjadi :
Dari persamaan 4 terlihat bahwa BSD merupakan besarnya biaya sumber daya domestik yang dikeluarkan untuk memperoleh atau menghematnilai tambah satu satuan devisa . Satuan dari BSD adalah Rp/US $ . Keunggulan komparatif suatu komoditas untuk diekspor diukur melalui rasio biaya sumberdaya domestik (RBSD ),yaitu rasio antara BSD dan harga bayangan nilai berukar (V) sebagai berikut :
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
Penerapan analisis ini diarahkan untuk menelaah efisiensi ekonomi usaha sapi perah ditinjau dariefisiensi pemanfaatan sumberdaya domestik dalam Upaya menghemat satu-satuan devisa. Kajian ini dilengkapi pula dengan analisis sensitivitas pada tingkat harga dan produksi yang berlainan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tingkat produksi yang dicapai saat ini oleh PK (3.800 Itr/ut/tahun), PRK (4.422 ltr/ut/tahun) dan PP (4.270 ltr/ut/tahun), dan tingkat harga di pasar internasional sebesar Rp 375 per liter cukup menjamin adanya efisiensi pemanfaatan sumberdaya domestik dalam usaha sapi perah. Berbeda halnya untuk tingkat harga di bawah Rp375 per liter, pada semua pola belum memberikan kelayakan ekonomis. Kenyataan ini diindikasikan oleh nilai koefisien BSD yang lebih besar dari satu (> 1,0), atau dengan pengertian lain pemanfaatan sumberdaya domestik dalam usaha sapi perah tidak menguntungkan, dan sebaliknya lebih menguntungkan apabila melakukan impor susu dari luar negeri Dari studi yang dilakukan KASRYNO, (1990) dengan membedakan tiga regim perdagangan, yaitu perdagangan antar wilayah (IR), substitusi impor (IS) dan promosi ekspor (EP) diperoleh informasi bahwa secara umum kondisi persusuan di Indonesia tidak efisien. Hal ini didasarkan atas perhitungannya terhadap nilai rasio biaya sumberdaya domestik (RBSD) dari ketiga regim (pola perusahaan kelompok) masing- masing sebesar 2,20 ; 2,88 clan 2,85, sedangkan untuk pola petemakan rakyat memperlihatkan kinerja yang hampir sama, yaitu 2,90 (IR), 2,40 (IS) dan 2,36 (EP). Hal lain yang menarik dari temuan ini adalah pemanfaatan bibit sapi silang relatif lebih efisien dibandingkan dengan bibit sapi impor, seperti diindikasikan oleh rataan nilai RBSD yang lebih rendah (1,52 vs 2,9). Dasar pertimbangan dari penelitian diatas, agaknya masih terlalu lemah untuk digeneralisasikan secara nasional, mengingat usaha pengembangan sapi perah menuntut kesesuaian lokasi yang spesifik,sehingga seyogianya dalam menelaah tingkat efisiensi . pemanfaatan sumberdaya domestik dari usaha susu sapi perah perlu mengacu pada pengklasifikasian wilayah yang dipandang memiliki kesesuaian agro-khmat dalam pengembangannya. Dalam konteks mikro pengembangan ternak sapi perah yang diarahkan untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya alam, produksi, dan perbaikan tingkat kesejahteraan dipandang strategis bila dikaitkan dengan kendala sumberdaya dan alokasi dana yang terbatas. Program ini relatif tidak bensandar pada basis penggunaan lahan yang luas, serta cukup dapat mendukung upaya pendistribusian pendapatan, khususnya bagi masyarakat petani kecil. Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa kebijaksanaan secara makro tentunya tidak dapat sepenuhnya relevan diterapkan dalam konteks mikro. Hal ini tercermin pula dari kinerja makro usaha persusuan yang secara ekonomi kurang efisien dikembangkan, namun berbeda halnya apabila pengembangannya ditelaah dalam konteks mikro yang memperlihatkan kinerja yang bervariasi. Dari tinjauan penelitian yang dilakukan IRAWAN dan RuSASTRA, (1990) di wilayah Jawa Tengah terhadap petemak perusahaan dan peternak rakyat tersimpul bahwa kedua pola tersebut tidak efisien dalam alokasi sumberdaya. Hal ini dicirikan dari angka RBSD yang tergolong tinggi, yaitu 2,8 dan 2,4 . Hasil analisis dari penelitian ini tidak terlepas dari teknik peng-ambilan contoh yang cenderung kurang mempertimbangkan skala pemilikannya, serta jumlah sampel peternak yang relatif kecil, yakni 21 peternak. Kondisi ini sudah barang tentu belum mencerminkan karakteristik yang sebenarnya dari profil petemak sapi perah di Jawa Tengah.
KESIMPULAN
Pada tingkat produksi yang dicapai saat ini , ketiga pola tersebut cukup memberikan jaminan keunggulan komparatif . Hal ini didasarkan karena nilai koefisien BSD yang lebih kecil dari 1 . Atau dengan pengertian lain , dengan jumlah produksi yang dicapai saat ini , serta tingkat harga pasar dunia sebesar Rp 375 / liter cukup menjamin efisiensi pemanfaatan sumber daya domestik . Jadi penilaian efisiensi susu sapi perah akan bertolak terhadap harga susu sapi perah pada tingkat dunia. Usaha susu sapi perah domestik , khususnya pola perusahaan kelompok (PPK) diperkirakan akan semakin efisien dan layak secara ekonomi apabila harga susu internasional meningkat . Hal ini cukup mempunyai alasan sebab jika dibandingkan dengan PRK dan PK . Sehingga memungkinkan bahwa pemenuhan kebutuhan susu dalam negeri melalui pengembangan pola perusahaan kelompok relative akan menguntungkan .
SARAN
Berdasarkan analisis dan data – data diatas maka seharusnya para usaha susu sapi ternak lebih dapat mengefisiensikan sumber daya . Hal ini dapat dilakukan dengan dengan menggunakan pola perusahaan kelompok , karena pola perusahaan kelompok lebih menjamin efisien dibanding dengan PRK dan PK . Dan seharusnya susu sapi perah di Indonesia harus lebih bisa memiliki keuntungan komparatif dibanding produksi susu sapi perah di Negara lain .